Senin, 21 Januari 2013

Satu Dalam Banyak, Banyak Dalam Satu

Kadang dunia ini menghadapkan kita pada banyak pilihan, sampai kita bingung untuk memilih salah satunya. Dilain waktu kita dipaksa menerima satu kenyataan, tak ada pilihan lain.

Kadang ayah merasa tegar, setegar karang ditepi lautan, kadang juga merasa lemah-lunglai tiada daya. Namun apapun keadaan ayah, takkan merubah kasih sayang dan perhatian ayag padamu anakku.


Minggu, 20 November 2011

Mencuci Perasaan

Menjadi seorang ayah,bapak atau abi kadang terasa mudah kadang terasa berat. Bagiku hal terberat bagi seorang bapak adalah ketika jauh dari anak-anaknya. Kala letih mendera senyum dan manja kalian mencairkannya. hilang lenyap semua penatku.

Kini, untuk sementara waktu, (semoga takkan lama) aku harus menahan rinduku pada kalian, entah hikmah apalagi yang sedang Alloh ajarkan dengan keadaan kita ini. yang aku tahu, ada secercah hikmah dibalik semua ini.

Hari ini aku bangun kesiangan (sengaja tidur) setelah kemarin begadang kurang tidur, kata ibu kalian, bapak sudah tidak sekuat dulu, makanya tidak boleh terlalu "ngoyo", jangan serig begadang.
sebenarnya tidurku tidaklah nyenyak, tidur nebeng di rumah orang bukan hal yang biasa bagi bapak.
O...ya hari ini bapak mencuci pakaian sendiri, sebenarnya mau di cuciin sama yang punya ruah, tapi bapak merasa sudah sangat merepotkan, bapak memilih mencucinya sendiri,sayangnya bapak lupa membeli detergen, jadinya bapak mencucinya tanpa sabun/detergen....hehehehehehehe.

Ada sich detergen didekat kamar mandi, tapi bapak tidak enak memintanya, dengan menampung bapak itu sudah suatu kebaikan, itu sudah cukup. Entah apa perasaan bapak saat ini?
yang bapak tahu, bapak ingat anakku...............

Semoga pahit getirnya hidup yang bapak alami takkan pernah kalian jumpai wahai anak-cucuku, semoga cobaan-cobaan berat yang bapak alami menjadi "penebus" untuk edamaian dan kebahagiaan kalian anak-cucuku.

Jumat, 18 November 2011

Menangis Pun Sulit

Sementara orang lain tidur nyenyak, aku duduk sendiri, tak ada lampu yang kunyalakan, keadaan benar-benar gelap. Dalam pikiranku hanya anak dan istriku nun jauh disana. Aku merasa telah gagal menjadi suami dan ayah. Keadaan seperti ini sebenarnya sudah pernah terjadi, namun tidak sejauh ini aku meninggalkan anak dan istriku, kesabaran ibumu wahai anakku...... yang membuat aku masih sanggup menatap dunia.

Kepergianku kali ini pun tidak jelas, apakah hanya akan mengurangi jatah pengeluaran di rumah atau akan membawa uang saat pulang. Pesan ibumu sangat sederhana "jangan memikirkan yang dirumah,kami disini masih bisa berusaha, yang penting sampeyan bisa makan disana dan jagalah kesehatan,karena disana tidak ada yang mijitin, sampeyan itu mudah masuk angin,tidak bisa terkena angin  malam"

ingin rasanya aku menagis sekeras-kerasnya, tapi ini dirumah orang, kalau dirumah kalian sudah terbiasa melaihatku menangis kadang kita menangis bersama ditengah malam. disini meski hanya untuk menangis sangat sulit.

Perjalanan Pertamaku

Wahai anakku...............
Saat aku menciu keningmu untuk berpamitan, kamu sudah tidur saat itu, namun tiba-tiba kamu bangun, kamu memeluk bapak dengan erat, aku usap rambutu, sambil aku ciui kedua pipimu.

Berat rasanya meninggalkanmu nak............tapi bapak kwatir jika kepergian sementara bapak ini ditunda-tunda akan semakin sulitlah masa depan kita. semoga kepergian bapak tidak akan lama.

kepergian bapak ke luar pulau sungguh bukan sebuah pilihan yang bapak suka, berpisah dan jauh dari kalian merupakan "siksaan" tersendiri. Tapi apa hendak dikata, inilah fase kehidupan kita yang harus kita lewati.
saat kamu sms "bapak wis tekan ndi yah pak?bapak numpak op yah pak?" itu seakan tusukan sembilu yang paling menyakitkan, bagi bapak, jika ada dunia yang bapak banggakan hanyalah kamu dan ibumu. kalianlah hartaku satu-satunya, tak ada lagi yang menarik lagi didunia ini selain kalian.

Jatah makan yang diberi oleh bis bapak bungkus, bapak hanya membeli air putih....bapak makan separo,sisanya buat nanti, karena bapak bekalnya terbatas.
akhirya bapak sampai juga ditempat tujuan dengan selamat, pagi harinya,,,,pagi2 sekali, kamu sms menyanakan "bapak sudah makan belum?" karena di rumah ibumu bangun jam 4, jam 5:15 makanan sudah siap dan kita pun makan bersama, tapi di rantauan, bapak harus menyesuaikan,,,,kamu harus tahu anakku...bapakmu ini seorang yang tidak biasa meminta makan, meskipun lapar bapak akan tahan, sampai tiba saatnya makan.



Dak Kapal Rajabasa 11-11-11   11:11

Jejak Pertama

Disadari atau tidak, perjalanan hidup manusia akan meninggalkan jejak-jejak dalam bumi ingatan, paling tidak dalam ingatan pelaku (diri kita sendiri). Pahit manis fase takkan pernah bisa dihindari, ia merupakan fase dan menjadi bagian dari kehidupan itu sendiri. Kedua rasa ini akan mempertajam ingatan dalam memori otak kita.

Senyum dan tangis yang pernah menghiasi kehidupan kita kadang suatu waktu ingin kita ingat bahkan tak jarang kita "paksa" hadirkan kembali, karena ada sesuatu yang akan kita ambil. Kadang kita membutuhkan kisah dari masa lalu kita untuk memberikan ibroh atau sekedar berbagi kisah kepada anak,cucu atau orang lain.

Untuk itulah blog ini ada, semoga saya dapat menulis rekaman perjalanan hidup, untuk saya wariskan kepada anak-cucuku kelak. Semoga ada manfaat dan membawa manfaat untuk kita semua. amin.
 
Copyright 2010 Jejak Seorang Ayah. All rights reserved.
Themes by Bonard Alfin Blogger Templates - PlayStation Vita - Studio Rekaman - Software Rekaman